BAGI para ibu yang sedang hamil dan menjelang persalinan sebaiknya selalu menjaga kesehatan agar tetap optimal dan segera menghindari stres. Pasalnya, semua itu bisa berpengaruh pada si calon bayi.
Kehidupan bayi dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu, utamanya pada saat menjelang persalinan, demikian dijelaskan dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K) dari Departemen Kesehatan Anak FKUI, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, seperti dilansir Mom & Kiddie.
Bila kondisi ibu tidak optimal atau sakit maka kondisi janin pun tidak optimal sehingga membuat janin menjadi stres. Janin stres akan mengalami kekurangan oksigen. Hal ini menyebabkan meningkatnya gerakan usus dan melemahnya sfingter ani (otot anus) sehingga janin mengeluarkan mekonium yang kemudian bercampur dengan cairan ketuban (amnion).
“Mekonium merupakan kotoran atau feses pertama bayi, berwarna hijau, kental dan lengket yang seharusnya dikeluarkan bayi di beberapa hari pertama kehidupannya,” tutur dokter yang biasa disapa Rina ini.
Nah, jika mekonium dikeluarkan menjelang persalinan dan bercampur dengan cairan ketuban maka cairan ketuban menjadi tercemar, yang tadinya jernih dan licin berubah menjadi hijau keruh. Cairan inilah yang bersifat beracun bila terhirup oleh janin.
Mekonium yang dikeluarkan itu sendiri umumnya terjadi pada usia gestasi 15 minggu, namun angka kejadiannya berkurang seiring dengan meningkatnya usia gestasi dan frekuensinya sangat berkurang saat usia gestasi menginjak 34 minggu. Kasus cairan ketuban yang mengandung mekonium atau meconium staining amniotic fluid terjadi pada 5–24 persen kehamilan normal.
Bercampurnya mekonium dengan amnion, bisa terjadi karena beberapa faktor antara lain Kehamilan yang telah melewati usia 9 bulan, kecil masa kehamilan, distres pada janin, insufisiensi plasenta, dan tertekannya tali pusat.
Cegah & Kenali
Bagaimana agar janin atau bayi tidak keracunan mekonium? Ditegaskan dr. Rina, hal tersebut sebenarnya bisa dicegah.
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu hamil adalah menghindari stres, utamanya menjelang persalinan. Cabalah untuk berpikir positif selama kehamilan untuk menghindari tekanan psikologis.
“Setelah itu kenali apakah denyut jantung janin mengalami percepatan dan keluarnya air ketuban yang berwarna hijau encer. Jika hal tersebut terjadi, maka proses persalinan harus segera dilakukan. Sebab, semakin lama proses persalinan ditunda, akan semakin banyak amnion yang telah bercampur mekonium tertelan oleh janin. Akibatnya, janin akan semakin kesulitan bernapas dan semakin merusak jaringan paru-parunya,” tutup dokter dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ini.
Kehidupan bayi dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu, utamanya pada saat menjelang persalinan, demikian dijelaskan dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K) dari Departemen Kesehatan Anak FKUI, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, seperti dilansir Mom & Kiddie.
Bila kondisi ibu tidak optimal atau sakit maka kondisi janin pun tidak optimal sehingga membuat janin menjadi stres. Janin stres akan mengalami kekurangan oksigen. Hal ini menyebabkan meningkatnya gerakan usus dan melemahnya sfingter ani (otot anus) sehingga janin mengeluarkan mekonium yang kemudian bercampur dengan cairan ketuban (amnion).
“Mekonium merupakan kotoran atau feses pertama bayi, berwarna hijau, kental dan lengket yang seharusnya dikeluarkan bayi di beberapa hari pertama kehidupannya,” tutur dokter yang biasa disapa Rina ini.
Nah, jika mekonium dikeluarkan menjelang persalinan dan bercampur dengan cairan ketuban maka cairan ketuban menjadi tercemar, yang tadinya jernih dan licin berubah menjadi hijau keruh. Cairan inilah yang bersifat beracun bila terhirup oleh janin.
Mekonium yang dikeluarkan itu sendiri umumnya terjadi pada usia gestasi 15 minggu, namun angka kejadiannya berkurang seiring dengan meningkatnya usia gestasi dan frekuensinya sangat berkurang saat usia gestasi menginjak 34 minggu. Kasus cairan ketuban yang mengandung mekonium atau meconium staining amniotic fluid terjadi pada 5–24 persen kehamilan normal.
Bercampurnya mekonium dengan amnion, bisa terjadi karena beberapa faktor antara lain Kehamilan yang telah melewati usia 9 bulan, kecil masa kehamilan, distres pada janin, insufisiensi plasenta, dan tertekannya tali pusat.
Cegah & Kenali
Bagaimana agar janin atau bayi tidak keracunan mekonium? Ditegaskan dr. Rina, hal tersebut sebenarnya bisa dicegah.
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu hamil adalah menghindari stres, utamanya menjelang persalinan. Cabalah untuk berpikir positif selama kehamilan untuk menghindari tekanan psikologis.
“Setelah itu kenali apakah denyut jantung janin mengalami percepatan dan keluarnya air ketuban yang berwarna hijau encer. Jika hal tersebut terjadi, maka proses persalinan harus segera dilakukan. Sebab, semakin lama proses persalinan ditunda, akan semakin banyak amnion yang telah bercampur mekonium tertelan oleh janin. Akibatnya, janin akan semakin kesulitan bernapas dan semakin merusak jaringan paru-parunya,” tutup dokter dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ini.
Sumber : health.okezone.com | Kumpulan Informasi Menarik | Foto : -
Tags : Seputar Kesehatan
No comments:
Post a Comment